Epidemiologi Bahas Kurikulum

Senin, 25 Oktober 2010 · 0 komentar

Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat mengadakan Lokakarya selama dua hari, yakni dari tanggal 7 hingga 8 Oktober 2010. Lokakarya ini dihadiri oleh beberapa dosen dari jurusan tersebut. Kegiatan yang berlangsung di Hotel Clarion ini, membahas tentang kurikulum di Jurusan Epidemiologi yang perlu diperbaharui. Wahiduddin Kamaruddin SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan mengatakan, masih banyak kurikulum yang perlu di perbaharui karena beberapa diantaranya ada yang tumpang tindih. “Masih ada Mata kuliah (MK ) yang tak jelas posisinya, antara MK tuk program S1 atau S2,” tambahnya.

Read More......

Orientasi kesehatan, bukan kesakitan

· 0 komentar

Kiblat di Indonesia seharusnya sudah mengalami perubahan. Orientasi kesakitan yang masih berlangsung membuat derajat kesehatan bangsa masih jauh dari harapan. Tak sadar, orientasi kesakitan hanya berupaya menyembuhkan penyakit seseorang. Bila penyakit itu kembali datang, negara kembali berupaya mengobatinya. Tentunya dengan menghabiskan budget negara yang tak sedikit.
Bayangkan jika penduduk Indonesia yang ketiga terbanyak di dunia ini, masing- masing mengalami penyakit dan setelah disembuhkan, penyakit itu datang lagi tuk kedua atau ketiga kalinya. Secara sadar, indonesia harus menyiapkan anggaran tiga kali dari jumlah penduduknya. Dan ironinya, penyakit itu ternyata dapat dicegah.
Orientasi yang perlu dipikirkan adalah kesehatan. Bagaimana orang-orang mau memilih dirinya dengan kondisi yang sehat. Merasa sehat dan tak mau merasakan penderitaan terkena penyakit. Indonesia perlu melakukan revolusi ini. Sulit, namun orientasi negara kita tak lagi tepat sasaran. Perlu perubahan untuk meminimalisir biaya yang tak perlu ada.

Read More......

Skripsi, oh skripsi

· 0 komentar

Belakangan ini, mahasiswa epidemiologi sedang disibukkan dengan skripsi. Walaupun mata kuliah ini tak terjadwal, namun skripsi malah menjadi mata kuliah yang membuat mahasiswa pusing tujuh keliling. Berbagai masalah mulai bermunculan dan menghantui. Ketakutan-ketakutan kecilpun mulai mendatangi pikiran mahasiswa tingkat akhir di jurusan. Bagaiman hidup bisa nyaman, jika satu per satu teman yang lain, mulai menancapkan gas tuk mengejar gelar sarjana . Belum lagi, judul yang belum jelas mau di arahkan kemana. Izin penelitian sana sini yang belum selesai. Mata kuliah empat SKS ini sungguh membuat mahasiswa tampak seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Lalu, bagaimana kiat-kiat agar tugas akhir ini lancar dan tak ada hambatan?? Berikut beberapa tipsnya

1. Tentukan judul yang menarik dan tidak menyusahkan dirimu. Tentunya, sebelum menemui pembimbing, kenalilah pembimbingmu. Karena boleh jadi, pembimbing menjadi penentu judul skripsimu kelak.

2. Sediakan cadangan judul yang mirip dengan judul yang lain. Semakin banyak dan semakin mirip alat analisisnya semakin baik.

3. Jangan meniru latar belakang skripsi dan penulis yang lain. Wajib orisinil hasil pemikiran dan buah karyamu.

4. Perbanyak referensi. Semakin getol membaca buku tuk memperkuat teori yang nantinya akan digunakan. Dengan banyak membaca pasti menghasilkan skripsi yang berbobot.

5. Perhatikan aturan penulisan yang sudah dipatenkan oleh pihak jurusan. Dari margin, font, spasi, dan lain-lain.

6. Penulis yang baik, menguasai dengan baik tulisannya. Bila ada hal yang tidak dikuasai dan tidak terlalu mempengaruhi isi tulisan, ya, di hilangkan saja. Daripada mempersulit dirimu ketika diuji??.

7. Acuan pustakanya seharusnya yang terbaru. Jangan asal memakai acuan tapi, ternyata tulisannya tidak berbobot dan sumbernya tak apat dipertanggung jawabkan.

Semangat dan kerja keras. Yakin, sarjana siap disandang....(diolah dari berbagai sumber)

Read More......

GAMBARAN SPASIAL KASUS DEMAM TIFOID DENGAN METODE GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) DI KECAMATAN PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

Jumat, 17 September 2010 · 0 komentar


Andika,Dian Sidik Arsyad,Rismayanti


ABSTRAK
Kasus demam tifoid di Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran spasial kasus demam tifoid di Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode GIS (Geographic Information System). Populasi sebanyak 254 kasus dan sampel sebanyak 96 kasus klinis dan hasil tes widal positif yang diambil secara total sampling/exhautive sampling dengan kriteria inklusi berdomisili di Kecamatan Panakkuakng dan terdaftar di puskesmas yang wilayah kerjanya di Kecamatan Panakkukang yaitu Puskesmas Tamamaung, Karuwisi, Batua, dan Pampang. Hasil penelitian ini menunjukkan kasus demam tifoid tertinggi di Kelurahan Pampang yaitu 24 kasus (25%), terbanyak pada perempuan yaitu 62 kasus (64,6%), terbanyak pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu sebanyak 30 kasus (31,2%), serta tertinggi pada Bulan Februari yaitu sebanyak 19 kasus (19,8%). Kasus terbanyak terdapat pada zona buffer 0-250 m dari sarana pelayanan kesehatan sebanyak 28 kasus (29,2%). Berdasarkan daerah aliran sungai, kasus terbanyak terdapat pada zona buffer 250-500 m sebanyak 23 kasus (24,0%). Kasus terbanyak berada pada zona buffer 250-500 m dan 500-750 m masing-masing 23 kasus (24,0%) dari aliran kanal. Berdasarkan daerah pasar tradisional, kasus terbanyak berada pada zona buffer 250-500 m dan 500-750 m masing-masing 16 kasus (16,7%), dan berdasarkan tempat pembuangan sampah sementara, kasus terbanyak terdapat pada zona buffer 250-500 m yaitu sebanyak 48 kasus (50%). Berdasarkan cakupan air bersih, kasus tertinggi terdapat pada daerah yang cakupan air bersihnya antara 70-80% sebanyak 62 kasus (62,5%) dan berdasarkan cakupan jamban keluarga, kasus tertinggi terjadi pada daerah yang cakupan jamban keluarganya antara 65-77% sebanyak 34 kasus (35,4%). Disarankan untuk memperbaiki mutu pelayanan kesehatan di puskesmas, meningkatkan dan menjaga sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai dan kanal, menjaga dan meningkatkan kebersihan pasar tradisional, membuang sampah pada tempat sampah kontainer yang tersedia, menjaga air bersih agar tidak tercemar oleh bakteri Salmonella typhi, menjaga kebersihan jamban keluarga agar tidak menjadi media penularan bakteri Salmonella typhi.

Kata Kunci: Gambaran Spasial, Demam Tifoid , Geographic Information System

Read More......

Download Daftar alamat web Journal Kesehatan Internasional

Minggu, 05 September 2010 · 0 komentar

Yang mau penelitian kesehatan khususnya ana' EPID pasti bingung cari jurnal khan...berikut ada beberapa alamat jurnal iNTERNASIONAL,

baik yang gratisan maupun berbayar..he..he...

semoga bisa terbuka semua coz belum coba semua...

-DOWNLOAD DAFTAR JOURNAL-

semoga bermanfaat
-idn-

Read More......

Just Share (Tutorial pencarian Jurnal Kesehatan)

· 1 komentar

Ini ada link Tutorial bagaimana mengoptimalkan Pencarian Journal Internasional
American Journal of Public Health (AJPH)

Salah satu situs yang menyediakan artikel Public Health dan bisa diakses dengan bebas(Free)

Download Tutorial

sumber : KMPK IKM UGM



Semoga Bermanfaat
-IDN-

Read More......

Mencoba Memahamimu "Epid"

Jumat, 03 September 2010 · 0 komentar

Sebagai kausal yang senantiasa berinferensi, pun tak ku tau bagaimana lg kan mengujinya..
Dengan analitik untuk mencarimu atau pun dengan deskriptif untuk menggambarkanmu....
Apakah kau hanya menjadi faktor risiko yang senantiasa diuji untuk membuktikan keberadaanmu??
Sebagai virus yang menginfeksi...terus menjangkiti, hingga akhirnya menjadi sebuah kasus...
"Natural History"....tapi kali ni bukan "of Dissease"...yah....

Layaknya menguji kekuatan hubungan "Strength of Assosiation"..
Menentukan nilai prevalensi mu..tidaklah mudah...
Hanya bisa melihatmu secara retrospektif dengan cross sectional, namun tak juga kutemukan nilai mu..
Entah dengan matriks ordo apalagai kan ku uji....dengan matriks ordo 2x2 pun blm ku temui...
Karenahal ini bukan menyangkut keterpaparan maupun ketidakterpaparan...tapi lebih dari itu...
Haha...mungkin dengn mix metodologi...yah.. butuh penjelasan kualitatif untuk semua ini...butuh "indepth interview" dengan mu...
Tapi....bilamanakah semua itu terjadi?????sedangkan untuk menentukan dimensi-dimensi dari variable mu saja belum dapat kulakukan....
Seperti halnya host yang dipengaruhi oleh agent dan lingkungannya....selalumerangkai Tanya "Siapa", "Kapan". Dan "Dimana"???
Dapat kah saya menemukan determinan mu yang sesungguhnya?? Frekuensitasmu tak terukur lagi...pun telah terdistribusi.
Butuh Vailiditas yang tinngi dan realibilitas untuk menemukan semuanya................(idn).

By : Diah DP 05

Read More......

Kualitas Pelayanan di RSPWS yang Masih Perlu di Benahi

Kamis, 03 Juni 2010 · 0 komentar

Bulan April lalu di tahun ini, sejumlah Mahasiswa yang meyebut dirinya dalam Front Pemuda Bersatu (FPB) Korps Mahasiswa Kota Makassar Melakukan aksi protes terhadap layanan kesehatan di Cardiac Center di Rumah Sakit Pendidikan Wahidin Sudirohusodo. Hal ini terkait adanya ketidakpuasaan terhadap pelayanan yang diberikan di bagian tersebut. (http://metronews.fajar.co.id/read/90429/61/unjuk-rasa-protes-pelayanan-cardiac-centre)
Dari data yang diperoleh, beberapa indikator pelayanan kesehatan yang dinilai tidak sesuai dengan hak pasien adalah
1. Praktik tidak menyenangkan Pasien, dimana pasien tidak diberi kewenangan untuk memilih dan menentukan dokter spesialis jantung. Yang ada Pasien mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan, yakni dokter malah bersikap emosi kepada pasien.
2. Jika pasien tidak memenuhi ketentuan yang telah digariskan, Pasien dipersilahkan pindah ke rumah sakit lain.
3. Hanya dokter tertentu yang boleh memasukkan dan menangani pasien di Cardio Vaskuler Care Unit (CVCU). Dokter non Dosen tidak boleh menangani jika hendak menangani sendiri di CVCU.
Sejauh ini, sejumlah pasien telah mengeluh (yang terdeteksi 6 orang) dengan pelayanan yang kurang simapatik, etis dan profesional tersebut. Namun, hingga saat ini belum ditemukan data yang jelas mengenai data pasti jumlah pasien, masalah ini tentunya fenomena gunung es. Dimana, telah banyak yang menjadi korban ketakadilan tersebut. Hingga saat ini, setelah melakukan penelusuran, pasien yang pernah mendapatkan layanan medis tersier di cardiac dan menilai pelayanan yang didapatkannya sangat bertolak belakang dengan hak-hak pasien, yakni dua dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Salah satunya adalah Dr. Ir. Djoni Prawira, M.S yang pernah melakukan operasi pemasangan cincin di jantungnya. Karena setelah melakukan tindakan dilakukan kateter dan diberi resep obat oleh seorang oknum dokter di cardiac center, ia merasa tubuhnya mengalami pusing dan pada saat dikateter, ia merasa mual. Akhirnya iapun, berinisiatif untuk mengganti dokter dinilainya lebih pantas atau yang dinilainya telah sejak lama mengetahui rekam jejak penyakitnya. Namun, dosen ini mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan. Dosen yang menanganinya saat itu, malah bersikap emosional (Marah) terhadap pasien. Dan buruknya itu termasuk aturan yang harus dipatuhi, jika tak mau mengikuti aturan silahkan pindah ke rumah sakit lain.
Dekan fakultas Peternakan yang saat itu mendampingi Djoni, Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M. Sc, yang menyaksikan perdarahan pasca kateter, ia pun merasa ada tindakan yang ganjal dari dokter yang dimaksud, rabu (7/04). Merasa harus berkonsultasi kepada orang yang lebih tahu dengan kondisi seperti itu. Akhirnya ia pun meminta tanggapan kepada Prof Idrus A. Paturusi SP.B, SP.BO mengenai tindakan yang harus diambilnya saat itu. Alhasil, syamsuddin pun disarankan untuk mengganti dokter yang menanganinya. Dan dokter yang dimaksud masih dalam wilayak kerja RSPWS. Namun, hal itu tidak dibenarkan oleh pihak cardiac center dengan alasan dokter pengganti tersebut bukanlah seorang dosen.
Kini, seorang dosen fakultas Peternakan juga mengalami hal yang sama, namun sayang, tak ada keberanian pasien untuk memperjuangkan hak pasiennya yang telah tertuang dalam undang-undang. Adanya perasaan tidak enak kepada dokter terkait jika harus mengganti pasien akhirnya membuatnya surut untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik lagi.

Konflik Internal Dokter Di balik Rendahnya kualitas pelayanan di Bagian Cardiac Center Rumah Sakit Pendidikan Wahidin Sudirohusodo Makassar
Ketakpuasaan pasien akibat rendahnya kualitas pelayanan kesehatan tentunya disebabkan oleh berbagai faktor. Dari penelusuran di lapangan, hal yang mencuat adalah adanya aturan internal rumah sakit yang lebih dijunjung tinggi dari peraturan perundang-undangan itu sendiri.
Hubungan senioritas yang kuat antara sesama profesi dokter membuat, tak ada yang berani menlakukan tindakan cepat jika seorang dokter apalagi senior melakukan ketidaktelitian atau kesalahan. Hal ini tentunya mempengaruhi sistem yang ada. alhasil yang menjadi korban adalah pasien yang tak tahu menahu dengan sistem yang ada dalam rumah sakit tersebut.
Tak hanya itu, adanya persaingan dan unsur kapitalisme yang terpatron dalam kepala dokter menjadi biang masalah buruknya kualitas pelayanan kesehatan. Persaingan untuk mendapatkan pasien dan adanya persaingan kubu dalam rumah sakit mengorbankan pasien yang seharusnya mendapat pelayanana yang baik.
Unsur kapitalisme, ingin mengeruk keuntungan yang berlebihan melalui proses medis juga menjadi penyebab. Misalnya yang dialami oleh Djoni, oleh dokter yang pertama menanganinya, ia diberitahukan bahwa untuk pemasangan satu cincing jantung ditanggung oleh asuransi kesehatan. Selebihnya menjadi tanggungan pasien dengan biaya RP 30 juta.
seharusnya pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit menjadi pembelajaran bagi mahasiswa bidang kesehatan yang kelak akan memberikan jasa pelayanan yang sesungguhnua di masyarakat.

Read More......

Masihkah Kita Bergantung pada Pihak Asing ?

Rabu, 02 Juni 2010 · 0 komentar

Masih ingatkah anda dengan kejadian pada tahun 2009?, dimana setiap Negara was-was dengan berbagai macam virus flu. Diantaranya flu burung dan flu babi yang menggemparkan dunia karena banyaknya korban akibat penyakit ini. Tak hanya korban, tapi vaksin yang dibutuhkan oleh Negara membutuhkan dana tak sedikit.
Harga satu dosis vaksin influenza sekitar 1 dollar amerika (sekira Rp 100.000). jika vaksin harus disediakan dalam skala 10 % dari jumlah penduduk Indonesia, yaitu sekira 20 jutaan kepala, maka untuk vaksin saja, negara kita menghabiskan uang 2 triliun.
Tentunya jika kita lihat kondisi Indonesia yang berprilaku komsumtif, hanya dapat memasok dari pihak asing, uang Negara yang dihabiskan tak sedikit.
Memang menurut data, di tahun 2009 kemarin, hanya 1000-an penduduk yang positif terkena virus flu H1N1, tapi, masa mendatang sedang menunggu, dan tak dapat dipungkiri kejadian yang sama akan terulang. Tentunya serangan yang akan datang perlu diantisipasi.
Namun, Indonesia perlu sedikit merasa lega karena Unair telah berhasil menghasilkan bibit vaksin H1N1 dan H5N1 di laboratorium Avian Influenza ITD Unair. Mereka menargetkan vaksin H5N1 siap diproduksi dalam skala industri pada tahun 2011. Sedangkan H1N1 pada tahun 2010 ini. lalu, bagaimana dengan universitas kita? atau kita sebagai orang yang bergelut di bidang kesehatan, sumbangsih apa yang telah kita berikan kepada bangsa kita? tentunya hal itu menjadi tantangan kita kini dan di masa mendatang.
Diolah dari berbagai sumber

Read More......

Pelatihan Jurnalistik Ala Epidemiologi

· 0 komentar


Dengan tema "Teknik Melempar isu Kesehatan di Media," akhirnya himpunan Mahasiswa epidemiologi melaksanakan pelatihan berbasis Jurnalistik, sabtu (22/05). Kegiatan yang minim peserta yakni dihadiri oleh 13 mahasiswa ini, berjalan dengan lancar. Kegiatan yang berlangsung di lantai 1, ruangan K 112 ini, dibuka oleh Ketua Jurusan epidemiologi, Wahiduddin Kamaruddin SKM, M.Kes. Dalam acara pembukaan tersebut, Wahid mengatakan, walaupun secara kuantitas, peserta sangat minim tapi tidak menjadikan kualitas acara ini ikut minim. "Dari kegiatan tersebut ada output yang dihasilkan," tambahnya di sela-sela acara pembukaan.
Output acara tersebut nampaknya mulai terpikirkan oleh peserta yang mengikuti pelatihan tersebut. Semua peserta berkomitmen untuk melakukan pertemuan rutin untuk mengasah keterampilan desain grafis. Direncanakan kegiatan terebut akan berlangsung sekali seminggu.

Read More......

SURVEI TINDAKAN BERISIKO TERHADAP KESEHATAN PADA ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

Rabu, 03 Maret 2010 · 1 komentar


Mughnizah, Dian Sidik, Rismayanti
ABSTRAK
Anak jalanan adalah sebutan bagi anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan namun biasanya masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Jumlah anak jalanan dengan perilaku berisiko di Indonesia, yaitu mencapai 144.889 orang dan sebagian diantaranya pengguna NAPZA (Depkes,2007). Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran tindakan berisiko terhadap kesehatan (merokok, mengkonsumsi alkohol, menggunakan NAPZA, menggunakan tato dan tindik, serta melakukan aktivitas seks) yang dilakukan oleh anak jalanan di Kota Makassar Tahun 2009. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan deskriptif. Populasi anak jalanan tahun 2008 yaitu 774 orang . Sampel merupakan sebagian dari anak jalanan yang diperoleh selama penelitian berlangsung menggunakan metode accidental sampling. Jumlah sampel pada peneletian itu yaitu 125 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan berisiko terhadap kesehatan yang dilakukan oleh anak jalanan meliputi merokok (55,2 %), minum minuman beralkohol (32%), Mengkonsumsi NAPZA sebanyak 24 %, memakai tato dan tindik sebanyak 15,2 %, serta aktivitas seks diantaranya 28 % pernah berpegangan tangan, 10,4% pernah ciuman pipi, 8,8% , pernah ciuman bibir, 3,2% pernah meraba, 11,2% pernah berpelukan, 3,2% pernah masturbasi/onani, 2,4% pernah melakukan seks oral, 2,4% , pernah melakukan petting, dan 1,6% pernah melakukan hubungan kelamin (intercourse). Penelitian ini menyarankan agar perlunya diadakan kerjasama lintas sektor dalam hal pendampingan dan sosialisasi yang lebih efektif tentang bahaya tindakan berisiko terhadap kesehatan yang dilakukan pada anak jalanan dan keluarga mereka, dan perlunya diadakan razia kepemilikan NAPZA utamanya jenis lem untuk mencegahnya makin banyaknya anak-anak yang melakukan tindakan berisiko.

Kata Kunci : Tindakan Berisiko, Anak Jalanan.




Read More......

“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MASAMBA, KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2009“

Kamis, 25 Februari 2010 · 0 komentar


Purbaya,Ridwan Amiruddin,Wahiduddin

Kematian ibu karena kehamilan dan persalinan sangat erat kaitannya dengan penolong persalinan. Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup melalui pelaksanaan MPS (Making Pregnancy Safer) dengan salah satu pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Masamba, Kabupaten Luwu Utara tahun 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain cross sectional study, sebanyak 209 responden dipilih dengan metode proportional stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Uji analisis yang digunakan yaitu uji Chi Square dengan tingkat signifikansi (α) = 0,05. Hasil analisis bivariat didiperoleh, hubungan antara tidak memanfaatkan penolong persalinan dengan pendidikan tinggi sebanyak 30,7% dengan nilai p=1,000 (p>0,05), kurangnya pengetahuan sebanyak 65,7% dengan nilai p=0,000 (p<0,05), kebiasaan keluarga yang tidak baik dalam pertolongan persalinan sebanyak 71,0% dengan nilai p=0,000 (p<0,05), tidak terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan sebanyak 33,3% dengan nilai p=1,000 (p>0,05), dan mampu dalam membayar pembiayaan pra dan pasca persalinan sebanyak 30,7% dengan nilai p=1,000 (p>0,05). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pendidikan, keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan, dan kemampuan membayar tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Masamba. Sedangkan pengetahuan dan kebiasaan keluarga mempunyai hubungan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Masamba, Kabupaten Luwu Utara. Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk lebih menggalakkan program-program yang dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan wanita hamil tentang persalinan terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah terpencil.
Kata Kunci : Penolong persalinan, ibu hamil
Download Jurnalnya
Klik disini


Read More......
Sabtu, 20 Februari 2010 · 0 komentar





Read More......
Jumat, 19 Februari 2010 · 0 komentar





Read More......
Rabu, 17 Februari 2010 · 0 komentar





Read More......

FUNGSI DAN UNSUR-UNSUR SURVAILLANS DI MASYARAKAT DAN RUMAH SAKIT

Rabu, 10 Februari 2010 · 0 komentar



ABSTRAK


Surveillance is the ongoing and systematic collection, analysis, interpretation, and dissemination of health data in the process of describing and monitoring disease trends. This information can assist programs to better plan, implement, and evaluate efforts to control STDs. For this reason, surveillance is a core public health function and must be considered one of the most essential and of the highest priority in any STD prevention program. This chapter examines the objectives of a STD surveillance system, describes the components and operation of such a system, and provides case definitions for selected STDs.

Pendahuluan

Setiap organisasi pelayanan Kesehatan masyarakat butuh data dan informasi mengenai status kesehatan dalam ruang lingkup wilayahnya, oleh karena itu Rumah Sakit, Puskesmas Dan Dinas Kesehatan memerlukan suatu sistem dan program yang akurat, sistematis, berkesinambungan dan dapat dipercaya dalam hal pengumpulan data tersebut.
Salah satu program yang terpenting dalam hal penanganan kesehatan secara terencana dan terprogram yaitu dengan mengadakan Surveillans. Survaillans ini merupakan suatu proses pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya.
Informasi dan data yang di dapat dari hasil survaillans digunakan untuk perencanaan, penerapan (implementasi) serta evaluasi tindakan (intervensi) dari program kesehatan masyarakat. Dengan demikian kita dapat melihat mana kasus kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas penangan dan dapat menentukan arah kebijakan selanjutnya. Data Survaillans ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan dan menilai efektifitas kegiatan.


Unsur-unsur yang terkait dengan Survaillans
Dalam pelaksanaannya program survaillans diperlukan berbagai unsur yang saling terkait untuk menghasilkan data-data yang akurat, sederhana, teratur dan terencana. Unsur-unsus utama tersebut meliputi :
a. Collection, atau yang disebut dengan pengumpulan data dan mencatat kejadian-kejadian secara jelas, tepat, terpercaya, validitas dan sesuai dengan tujuan survaillans yang direncanakan
b. Tabulasi/Pengelolaan data, data yang telah masuk tadi kemudian disusun sedemikian rupa dan sesederhana mungkin sehingga data-data tersebut dapat dianalisis dengan mudah, data tersebut dapat berbentuk grafik, tabel ataupun peta yang dapat memberikan penjelasan yang berarti
c. Analysis, data yang sudah diolah kemudian dianalisis sehingga menimbulkan interpretasi agar dapat memberikan kejelasan kepada masyarakat dan dapat disebarluaskan agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
d. Plaining, atau perencanaan, setelah data diinformasikan kepada pihak yang membutuhkan, hasil informasi itu kemudian dibuat suatu perencanaan program kesehatan untuk diemplementasikan ke masyarakat
e. Evaluasi, merupakan tahapan penilaian hasil survaillans untuk mengetahui sampai sejauh mana fungsi dan keefektifitasannya di lapangan dan untuk menentukan kebijakan dan program yang baik selanjutnya


Survaillans di Masyarakat
Banyaknya masalah kesehatan di masyarakat sekarang ini, membutuhkan analis data secara teratur dan berkesinambungan untuk mengetahui kecendrungan munculnya penyakit pada masa-masa tertentu dan mengetahui daerah geografis dimana jumlah kasus/penularan meninggi atau menurun. Serta berbagai kelompok umur, jenis kelamin, ras dan status sosial ekonomi serta pekerjaannya yang rentan terhadap penyakit.
Pelaksanaan survaillans di masyarakat dilakukan dengan dua cara yaitu Survaillans pasif dan survaillans aktif. Pada pelaksanaan survaillans pasif masyaraktlah yang kemudian melaporkan sejumlah penyakit yang dideritanya pada Instansi-Instansi Pelayanan Kesehatan, mulai dari tingkat Puskesmas, rumah sakit sampai Dinas Kesehatan Pusat. Data yang kemudian masuk diolah dan dianalis untuk disebarluaskan apabila kejadian tersebut bersifat luar biasa (KLB).
Bentuk survaillans aktif biasanya dilakukan bila ada penyakit baru yang ditemukan, atau bila ada perkiraan peningkatan resiko penduduk karena perubahan musim, begitupula ketika muncul penyakit bau di suatu daerah yang virgin. Pelaksanaan survaillans aktif ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang telah tunjuk dalam masa interval tertentu untuk mengumpulkan keterangan tentang ada atau tidak kasus baru penyakit tersebut.

Survaillans di Rumah Sakit
Dalam decade terakhir terjadi peningkatan fungsi Rumah sakit, selain untuk perawatan penyakit menular, rumah sakit juga berfungsi untuk menangani kasus penyakit tidak menular seperti kecelakaan. Berbeda dengan Puskesmas acupan wilayah Rumah sakit sangat luas, seperti Rumah Sakit Propinsi dan Rumah sakit regional yang merupakan tempat-tempat rujukan dari berbagai puskesmas.
Tingginya penyakit menular di Ruang Lingkup Rumah sakit membuat orang-orang yang berada didalamnya harus memiliki skill dan kemampuan yang baik untuk menghadapi semua persoalan. Termasuk juga dalam hal pengumpulan dan pengelolaan data.
Untuk megatasi masalah penularan penyakit maka perlu dibuat suatu sistem epidemiologi survaillans yang efektif, akurat, sederhana dan terpercaya. Hal ini bertujuan agar nantinya tidak terjadi penularan infeksi nosokomial di dalam ruang lingkup rumah sakit. Hal ini akan menghindari terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) di rumah sakit.

Sifat-sifat dari suatu sistem Survaillans

Dalam hal penilaian dari suatu sistem survaillans, maka dapat dinilai berdasarkan sifat-sifatnya, Sifat-sifat Survaillans meliputi :
1. Kesederhanaan, Suatu data atau informasi harus diolah sesederhana mungkin tapi tetap dapat dilihat secara jelas tujuan-tujuannya, ksederhanaan inierat kaitannya dengan ketepatan waktu dan hal ini mempengaruhi besarnya biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan sistem terebut.
2. Fleksibilitas, yang dimaksud dengan fleksibilitas bahwa survaillans harus mampu menyusaikan diri terhadap perubahan informasi yang dibutuhkan maupun terhadap keadaan lapangan dengan keterbatasan waktu, personil dan anggaran.
3. Kemampuan untuk dapatmenerima (Accptability), hal ini dapat dilihat dari partisipasi subjek dan pelaksana survaillans, kelengkapan bentuk laporan, ketepatan waktu pelaporan dll.
4. sensitivitas, merupakan kemampuan sistem tersebut untuk mendapatkan dan menjaring data dan informasi yang akurat. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, Pertama Tingkat Validitas informasi yang dikumpulkan oleh sistem, Kedua, pengumplan informasi diluar sistem untuk menentukan frekuensi keadaan/peristiwa dalam komunitas
5. Nilai Ramal Possitif, merupakan proporsi orang-orang yang diidentifikasi sebagai kasus yang sesungguhnya.

Manfaat Survaillans dalam lingkup Masyarakat
Sistem survaillans mempunyai beberapa manfaat utama baik itu bagi masyarakat, maupun Instnsi-Instansi pelayanan kesehatan, kegunaan utama yaitu :
1. Dengan survaillans identifikasi terjadi wabah dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif
2. Survaillans digunakan untuk mengukur tingkat keefektifitasan suatu program penanggulangan penyakit dengan membandingkan besaran masalah antara sebelum dan sesudah pelaksanaan program
3. Data dari hasil survaillans baik di puskemas maupun di RS ini dapat memberi gambaran perencanaan program kesehatan selanjutnya.
4. mengenali kelompok-kelompok yang beresiko tinggi dan wilayah geografisnya dan perkembangan penyakit tersebut dari waktu ke waktu
5. Mengetahui lebih banyak lagi tentang jenis-jenis vector,agent dan lingkungan yang berpotensi dalam penularan penyakit.

Salah satu contoh komplomen dari sistem survailans
Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS), sebagai komplemen dari sistem surveilens, pencatatan/pelaporan dan registrasi yang ada, dikembangkan untuk mendukung kebutuhan data kesehatan untuk Pembangunan Nasional Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. Surkesnas sebagai bentuk integrasi berbagai survei nasional, mengumpulkan data kesehatan yang lebih ‘cost-effective’ dan menghindari duplikasi yang tidak diperlukan. Surkesnas menekankan prinsip ‘Client Oriented Research Activity (CORA)’ atau ‘Health System Research (HSR)’.
SURKESNAS terdiri dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2001, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, menghasilkan data berbasis populasi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengawasan, penilaian, dan perencanaan program di tingkat nasional dan regional. Dukungan data SURKESNAS diharapkan lebih memantapkan perencanaan program kesehatan berdasar fakta (evidence-based programming).
SURKESNAS 2001 menemukan isu-isu kesehatan antara lain masih belum meratanya pelayanan kesehatan, adanya keragaman status kesehatan menurut daerah dan kawasan, masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) yang cenderung stagnan, serta dihadapkan pada transisi epidemiologi yang berkepanjangan yang menambah banyak beban kesehatan.
Analisis kebijakan berdasar data SURKESNAS 2001, yang dilengkapi dengan temuan-temuan lainnya, dimaksudkan untuk menggali lebih lanjut isu-isu penting kesehatan agar dapat diformulasikan alternatif kebijakan guna mengefisiensikan sumber daya yang terbatas.(idn)

Download Modul Epidemiological Studies



Download Modul




Read More......

HIMAPID in Action

Distribusi Tempat

Distribusi Waktu

Feedjit

Hamster Epid

Jumlah Pengunjung