STROKE Penyakit Pembunuh No.3

Senin, 24 Desember 2007 · 0 komentar

Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak sehingga merupakan masalah kesehatan yang serius karena berdampak pada kecacatan, kematian, dan biaya. Hal ini dikarenakan karena mulai banyak terjadi pada usia produktif. Walaupun begitu sroke merupakan penyakt yang cukup preventable (dapat dicegah).
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke.
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
Banyak factor yang memungkinkan seseorang terkena stroke, antara lain : Hipertensi, Transient Inchemic attack (TIA), Hipercholesterolemia, Diabetes Melitus, Merokok, Obesitas, dan penyakit kardiofaskuler, selain itu Faktor Usia, Ras, Jenis Kelamin , riwayat keluarga juga turut menjadi faktor risiko kejadian Stroke,
Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif murah untuk kasus stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus stroke hiperakut.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke, apakah perdarahan atau tumor otak. Kadang dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah/getah bening melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.
Upaya Preventif (Pencegahan) yang dapat dilakukan adalah :
Gaya hidup : reduksi stress, makanan rendah garam, lemak dan kalori
 Kesadaran akan lingkungan kerja yang menyebabkan stress kerja
 Perhatian terhadap faktor risiko biologis sejak dini
 Pelayanan kesehatan, health education dan pemeriksaan hipertensi dan kontrol gula darah secara teratur
 Hindari rokok, dan perbanyak berolahraga
 Mengkonsumsi makanan seimbang yang mengandung unsur gizi dan protein, karbohidrat, sel vitamin dan mineral
Gampang Khan....Lebih baik mencegah daripada mengobati

Read More......

Peringatan Hari AIDS Se-Dunia

· 1 komentar


Pada Tanggal 1 Desember 2007 kemarin, kita semua merayakan hari HIV/AIDS se-Dunia, berbagai Organisasi kesehatan, LSM dan ORMAS, serga lembaga kemahasiswaan juga turut andil dalam memperingati hari AIDS Se-Dunia ini, tak terkecuali kami dari Himpunan Mahasiswa Epidemiologi (HIMAPID) FKM Unhas.Peringatan Hari AIDS sendiri menjadi Program kerja rutin yang kami laksanakan tiap tahun.

Seperti diketahui bersama, permasalahan HIV dan AIDS bukan saja menjadi masalah nasional akan tetapi sudah menjadi masalah global karena lebih dari 40 juta jiwa manusia di dunia hidup dengan HIV. Di Indonesia tidak ada provinsi yang dinyatakan bebas dari HIV dan AIDS, bahkan Diperkirakan saat ini HIV dan AIDS sudah menjangkit di lebih dari separuh Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Berdasarkan data resmi dari Departemen Kesehatan R.I pada akhir Juni 2007 secara kumulatif jumlah orang dengan HIV dan AIDS tercatat sebanyak 14.628 kasus yang terdiri dari 5.813 kasus HIV dan 9.689 kasus AIDS. Dilihat dari kelompok umur, pengidap terbesar pada kelompok umur 20-29, yaitu sebanyak 53,9%. Kemudian disusul dengan kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 27,7%. Sedangkan faktor penyebabnya telah bergeser dimana kelompok pengguna Nafza suntik (Penasun) menjadi penyebab utama (49,1%), disusul oleh kelompok heteroseksual (42,1%), dan homoseksual (4,1%).

Namun demikian prevalensi HIV dan AIDS yang kelihatannya masih rendah harus terus diwaspadai karena UNAIDS memperkirakan jumlah orang dengan HIV dan AIDS di Indonesia sudah mencapai 160.000 – 216.000 orang. Disamping itu Indonesia juga tergolong sebagai negara dengan epidemi HIV dan AIDS terkonsentrasi, dimana pada wilayah-wilayah tertentu prevalensinya sudah mencapai 5 persen atau lebih. Bahkan Provinsi Papua tergolong sebagai daerah generalized epidemic dimana masyarakat umum pengidap HIV dan AIDS sudah lebih dari 1 persen. Menurut perkiraan UNAIDS di dunia ini setiap hari terdapat lebih dari 5.000 orang pengidap baru HIV dan AIDS yang berusia antara 15-24 tahun, hampir 1.800 orang yang hidup dengan HIV positif di bawah usia 15 tahun tertular dari ibunya, serta sekitar 1.400 anak di bawah usia 15 tahun meninggal akibat mengalami fase AIDS. Data ini menunjukkan kepada kita betapa besar resiko yang dihadapi kelompok penduduk usia muda saat ini di Indonesia. Hal ini terjadi akibat masih kurang seriusnya penanganan masalah, sehingga timbul kesenjangan yang serius antara kebutuhan dan ketersediaan pelayanan untuk HIV dan AIDS. Banyak faktor penyebab terjadinya epidemi yang begitu cepat, antara lain faktor globalisasi, dimana arus informasi dan mobilitas penduduk begitu cepat menembus batasantar negara di dunia. Sementara ikatan kekeluargaan, nilai-nilai budaya dalam masyarakat, dan ketaatan beragama sudah mengalami erosi, yang berakibat pada kurang diterapkannya fungsi-fungsi keluarga.

Hampir 12 juta laki-laki dan perempuan di bawah usia 24 tahun positif HIV di seluruh dunia. Dengan peningkatan jumlah setiap harinya,

Dengan melihat data tersebut kami Mahasiswa yang tergabung di Himpunan Mahasiswa Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin terpanggil untuk memberikan perhatian kepada generasi muda (Remaja) yang merupakan kelompok yang paling rentan secara fisik dan psikis terhadap infeksi. Dengan Mengadakan suatu Kampanye HIV/AIDS ke Sekolah untuk memberikan sedikit pemahan dan penyuluhan kepada Generasi Muda untuk bergerak bersama-sama Menanggulangi HIV/AIDS sejak usia dini.

Adapun Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan adalah TALK SHOW “Peran Generasi Muda dalam Penanggulangan HIV/AIDS” yang dihadiri oleh 100 siswa/siswi dari SMA KArtika Wirabuana 1 dan beberapa SMA di Makassar lainnya. Acara ini berlangsung dengan baik, antusias peserta juga sangat bagus terlihat dari animo peserta untuk bertanya, dan pertanyaan juga lumayan buat susah para pematerI loh…Pemateri ini kami panggil dari LSM yang bergerak khusus pada permasalahan HIV/AIDS.

Selain itu HIMAPID juga mengadakan street campaign (kampanye di jalan) yang dipusatkan di Monumen Mandala Makassar, kegiatan berupa pembagian bunga sebagai bentuk solidaritas terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) serta leaflet mengenai pengetahuan tentang HIV/AIDS. Harapan kami Masyarakat mampu mengetahui lebih banyak lagi & memproteksi diri dan keluarganya terhadap penyakit menular mematikan tersebut.

Kegiatan ini juga dirangkai dengan HIMAPID ON AIR, yang disiarkan dari Healthy Radio 90.5 fm, menyampaikan informasi-informasi tentang HIV/AIDS kepada para pendengar radio di Makassar.

Rangkaian Kegiatan ini paling tidak sedikit memberi masukan kepada pelajar & masyarakat pada umumnya tentang bahaya penyakit menular HIV/AIDS. Sehingga masyarakat lebih sadar akan pentingnya menanggulangi penyakit HIV/AIDS ini secara bersama-sama.

STOP HIV/AIDS,INGAT JANJI

STOP HIV/AIDS, DENGAN KASIH SAYANG DAN KETELADANAN

Read More......

EPIDEMIOLOGI ROKOK

Sabtu, 22 Desember 2007 · 0 komentar

Banyak pengetahuan tentang bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan oleh tingkah laku merokok, namun tingkah laku ini tetap saja dilakukan. Lebih-lebih yang mencolok adalah merokok di tempat-tempat yang jelas terpampang himbauan untuk tidak merokok. Meski semua orang tahu akan bahaya merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih ditolerir oleh masyarakat.

Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, harian umum republika, selasa 26 maret 2002:19). Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg Nikotin dan setelah dibakar Nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25 %. Walau demikan jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.

Rokok adalah salah satu produk konsumen terlaris di dunia. Rokok memiliki sangat banyak pembeli yang loyal serta memiliki arus perdagangan yang berkembang pesat. Perusahaan–perusahaan yang memproduksinya membanggakan laba yang fantastis, kendali politik dan prestise. Tembakau atau rokok termasuk zat adiktif karena menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan). Oleh karena itu tembakau ( rokok) termasuk dalam golongan NAZA. Dari penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari menunjukkan bahwa tembakau/ rokok adalah :

a. Pintu pertama narkotika.

b. Rokok merupakan pembunuh No.3 setelah jantung koroner & kanker .

c. 1 batang rokok umur memendek 12 menit.

d. 10.000/hari mati karena merokok (dunia).

e. 57.000 orang/ tahun mati karena merokok (Indonesia).

f. Kenaikan konsumsi rokok Indonesia tertinggi di dunia (44%).

Selanjutnya dikemukakan bahwa bagi mereka yang tidak merokok pun tetapi terkena asap rokok dari mereka yang merokok (perokok pasif) juga akan mengalami gangguan kesehatan dengan resiko yang sama. Oleh karena itu tembakau
(rokok) disebut pula sebagai racun menular. Ada beberapa kasus yang dapat kita lihat akan bahaya rokok antara lain:

1) Seorang penyair saint toile yang berasal dari Negara latin meninggal dunia pada tahun 1667, setelah teman-temannya menambahkan tembakau pada gelas anggurnya.

2) Seorang ibu mengepulkan asap ke kepala tiga anaknya dengan tujuan untuk mengobati ketombe mereka, namun hasil yang didapatkannya, ketiganya meninggal akibat usahanya tersebut.

3) Seorang pencuri mati mengenaskan setelah ia berusaha melarikan tembakau dengan cara melekatkan ke seluruh tubuhnya.

4) Para peneliti menggunakan kelinci kecil sebagai uji coba dan menyuntiknya dengan zat Nikotin. Kelinci tesebut terhuyung dan kemudian mati seketika.

5) Dua anak kecil berTaruh siapa yang paling banyak bisa merokok, dan salah satu dari mereka meninggal sebelum ia mencapai hisapan batang rokoknya yang ke-17 dan seorang lainnya meninggal sebelum sempat menyelesaikan rokoknya yang ke-18.

6) Bila seseorang disuntik Nikotin 7 mg, maka ia akan langsung mati di tempat sedangkan satu batang rokok ukuran normal umumnya mengandung 2 mg Nikotin.

Lebih kurang 1,1 milyar penduduk dunia merokok (World Bank, 1999). Pada tahun 2025, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat sampai dengan 1,6 milyar. Dengan jumlah perokok sebanyak 75% dari populasi. WHO melaporkan bahwa Indonesia adalah salah satu dari lima negara yang terbanyak perokoknya di dunia (Adiatma ,1992).

Hal diatas tidak dapat dikatakan prestasi yang membangggakan. Dalam peringatan Hari Anti Tembakau Internasional (31 Mei 2006), Indonesia masih dihadapkan sebagai Negara yang termasuk lima besar konsumsi rokok dunia. Sehubungan dengan kebiasaan merokok, ada yang aneh dengan bangsa kita ini, jika negara lain menunjukkan trend penurunan kebiasaan merokok, di Indonesia justru memperlihatkan kenaikan, meski dililit problem ekonomi. Lebih celaka lagi, biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk konsumsi rokok justru jauh lebih besar dibandingkan anggaran kesehatan perkapita.

Sebuah survey yang dijabarkan oleh Dr. Martha Tilaar tentang perokok di In -donesia menurut jenis kelamin menyatakan bahwa jumlah perokok di Indonesia memang masih lebih banyak di kalangan pria ( 60 % pria merokok ) dan wanita yang merokok 10 %. Sebelumnya dari survey yang dilakukan menurut Medika Jurnal Kedokteran Indonesia Maret 2006, bahwa laki-laki remaja lebih banyak menjadi perokok dan hampir dua pertiga dan kelompok umur produktif adalah perokok. Selama 5 tahun telah terjadi peningkatan, pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah kelompok umur 25 &29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula lebih jauh lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu rentang populasi penduduk

Pakar penyakit paru FKUI Prof. Dr. Hadiarto Mengunnegoro, Sp.P., menyatakan jumlah perokok aktif Indonesia naik dari 22,5% pada tahun 1990-an menjadi 60% jumlah penduduk tahun 2000. WHO memperkirakan bahwa 59% pria berusia diatas 10 tahun di Indonesia telah menjadi perokok harian.

Diperkirakan bahwa konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar batang rokok atau urutan ke-4 setelah RRC (1679 miliar batang), AS (480 miliar), Jepang (230 miliar), dan Rusia (230 miliar). Dalam 10 tahun terakhir konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebsesar 44,1 % dan jumlah perokok di Indonesia sekitar 70 %. Yang lebih menyedihkan lagi 60 % diantara perokok adalah kelompok yang berpenghasilan rendah. Tingginya komsumsi merokok dipercaya bakal menimbulkan implikasi negative yang sangat luas tidak saja terhadap kualitas kesehatan tetapi juga menyangkut kehidupan sosial ekonomi.

Menurut WHO rata-rata orang Indonesia menggunakan 15 % uangnya untuk membeli rokok, memang bukan angka yang luar biasa jika dibandingkan dengan Bangladesh. Biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang perokok tiap tahunnya sangat besar. Dengan asumsi sehari rata-rata seorang perokok menghabiskan sebungkus rokok dengan harga Rp 5000,-per bungkus dalam sebulan ia harus mengeluarkan uang Rp 150.000,- dan dalam setahun Rp 1.825.000.-. uang sebanyak itu bisa kita hemat jika kebiasaan merokok dikurangi atau bahkan dihentikan.

Read More......

HIMAPID in Action

Distribusi Tempat

Distribusi Waktu

Feedjit

Hamster Epid

Jumlah Pengunjung