Istilah Surveillance sudah dikenal oleh banyak orang, namun dalam aplikasinya banyak orang menganggap bahwa surveilans identik dengan pengumpulan data dan penyelidikan KLB, hal inilah yang menyebabkan aplikasi system surveilans di Indonesia belm berjalan optimal, padahal system ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah kesehatan.
Istilah Surveillance sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti mengamati tentang sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan/intelligent untuk mematamatai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan
Menurut The Centers for Disease Control (CDC) Surveilans kesehatan masyarakat adalah “The ongoing systematic Collection, analysis and interpretation of Health data essential to the planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of these data to prevention and control.
Sedangkan menurut Prof.Nur Nasry Noor (1997) Guru Besar Epidemiologi FKM Unhas mengatakan bahwa “Surveilans Epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu. Baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya.”
Surveilans Kesehatan masyarakat semula hanya dikenal dalam bidang epidemiologi, namun dengan berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi diluar bidang epidemiologi, maka surveilans menjadi cabang ilmu tersendiri yang diterapkan luas dalam kesehatan masyarakat. Surveilans sendiri mencakup masalah borbiditas, mortalitas,masalah gizi, demografi, Peny. Menular, Peny. Tidak menular, Demografi,Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan beberapa factor risiko pada individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Manfaat Surveilans Epidemiologi :
1.Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
2.Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3.Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
4.Identifikasi factor risiko dan penyebab lainnya
5.Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
6.Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
7.Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
8.Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa datang
9.Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan
Inti Kegiatan surveilans pada AKhirnya adalah bagaimana data yang sudah dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke stakeholder atau pemegang kebijakan untuk ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia.
Surveilans Epidemiologi
JENIS PENYAKIT KELAMIN AKIBAT IMS
1.GONORE Nama lain Kencing nanah, uretritis spesifik , GO
Epidemiologi
Disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoea. Terjadi di seluruh dunia; menyerang laki-laki dan perempuan semua usia, terutama kelompok dewasa muda. Jenis yang kebal obat sekarang muncul secara umum di mana-mana. Selama beberapa bulan, pasien yang tidak diobati bisa menulari orang lain. Terinfeksi dengan klamidia pada saat yang bersamaan juga bukanlah hal yang janggal.
Gejala dan tanda
Pada laki-laki dan perempuan, infeksi ini bisa tanpa gejala. Pada laki-laki, cairan yang kental dari saluran kencing akan keluar 2-7 hari setelah terinfeksi. Biasanya orang menderita sakit waktu kencing. Bila orang melakukan seks anal, mungkin juga keluar cairan yang sama dari dubur.
Pada perempuan, gejalanya biasanya ringan dan ada kemungkinan untuk tidak terdeteksi. Mungkin ada perasaan tidak enak waktu kencing. Selain itu, mungkin ada sedikit cairan dari dan sedikit gangguan di vagina. Infeksi yang kronis umum terjadi dan bisa menyebabkan kemandulan.
Bayi yang baru lahir yang terinfeksi gonore, matanya merah dan bengkak. Dalam waktu 1-5 hari setelah kelahiran, mata itu akan mengeluarkan cairan yang kental. Kebutaan bisa terjadi bila pengobatan khusus tidak segera diberikan.
Diagnosis adalah dengan pemeriksaan mikroskopik gram-strain dari smear yang diambil dari cairan itu atau pun dengan cara pembiakan.
2.Klamidia Nama lain Uretritis non-gonore, uretritis non-spesifik (UNS)
Epidemiologi
Antara 35-50 persen dari kasus penyakit kelamin non-gonore diperkirakan disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, yang terjadi secara umum di seluruh dunia. Pada perempuan, penyakit ini bisa menyebabkan radang leher rahim mucopurulent walaupun infeksi biasanya tanpa gejala. Infeksi klamidia yang terjadi berulang kali biasanya bisa menyebabkan penyakit peradangan leher rahim kronis dan kemandulan. Penularan terjadi lewat sanggama. Penyakit ini bisa menyerang baik laki-laki maupun perempuan semua usia, terutama dewasa muda.
Gejala dan tanda?
Sama seperti gonore. Perbedaannya adalah banyak perempuan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun. Komplikasi yang menyebabkan kemandulan pada perempuan juga umum terjadi. Infeksi mata mungkin menyerang bayi yang dilahirkan oleh perempuan yang terinfeksi. Diagnosis biasanya didasari oleh tidak adanya kuman penyebab gonore pada smear atau pada pembiakan cairan dari leher rahim atau dari uretra (lubang kencing). Hal ini bisa dipastikan dengan mengetes cairan smear untuk melihat adanya antigen klamidia
3.Sifilis Nama lain Raja singa
Epidemiologi
Disebabkan oleh Treponema pallidium,yaitu sebuah spirochete (bakteri yang berbentuk spiral). Terjadi di seluruh dunia, terutama menyerang dewasa muda usia 20-35 tahun. lebih lazim terjadi di dacrah perkotaan. Baru-baru ini ada kenaikan jumlah kasus di beberapa negara industri yang dihubungkan dengan penggunaan narkoba dan pelacuran. Penularan terjadi melalui kontak langsung antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan selaput lendir atau dengan cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama sanggama. Penularan bisa terjadi melalui tranfusi darah bila donor berada dalam tahap awal infeksi tersebut. Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya yang belum lahir. Hal ini merupakan penyebab penting terjadinya kelahiran bayi yang meninggal di daerah daerah endermis.
Gejala dan tanda
Sebuah luka mula-mula muncul beberapa minggu setelah tertular. luka ini biasanya merupakan borok yang tidak sakit di daerah tempat hubungan pertama kali terjadi (penis, leher rahim, dubur, dinding belakang kerongkongan/faring). Kuman kemudian memasuki aliran darah; dalam waktu 1-3 bulan muncul tahap kedua. Tahap ini ditandai dengan ruam yang menyebar dan pembengkakan kelenjar. Setelah masa laten selama 5-20 tahun dengan sedikit atau tanpa gejala, tahap ketiga dari sifilis ini bisa termasuk penyakit-penyakit yang menyerang susunan saraf pusat atau sistem kardiovaskular, yang bisa mcnyebabkan kelumpuhan dan kematian muda. Diagnosis laboratorium biasanya dilakukan dengan memakai tes serologi dari darah atau cairan serebrospinal.
4.Cancriod Nama lain Ulkus mole
Epidemiologi
Disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, sebuah bakteri. Sangat lazim terjadi di daerah tropis dan Sub-tropis di dunia. Lebih sering terjadi pada laki-laki. Luka cankroid sangat menular.
Gejala dan tanda
Ditandai dengan adanya luka yang bcrnanah atau memborok yang akut dan sakit dibagian kelamin, biasanya Satu dan diamcternva berukuran kurang dari 1cm. Luka itu biasanya muncul 3-5 hari setelah tertular, dan ditandai dengan adanya pembengkakan yang sakit dari kelenjar setempat. Pada perempuan, cankroid umumnva terjadi tanpa gejala. Diagnosis bisa dipastikan melalui pembiakan cairan dari luka.
5.LimfogranulomaVenerum Nama lain LGV
Epidemiologi
Disebabkan oleh jenis Chlamydia trachomatis yang berbeda dari jenis yang menyebabkan peradangan saluran kencing dan leher rahim. Terjadi di seluruh dunia tapi lebih umum terjadi di daerah tropis dan sub-tropis. Tidak begitu umum didiagnosis pada perempuan. Namun demikian, hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat infeksi tanpa gejala pada perempuan.
Gejala dan tanda
Sebuah luka kecil yang tidak sakit di daerah kemaluan (biasanya tidak diperhatikan) biasanya diikuti oleh pembengkakan yang menyakitkan dan parah dari kelenjar dan jaringan-jaringan di sekitarnya. Hal ini terjadi antara 5-30 hari setelah penularan pertama. Diagnosis dilakukan dengan cara pembiakan cairan dari luka atau pembuktian akan adanya kuman dengan sebuah tes antigen.
6.Infeksi Trikomona
Epidemologi
Sebuah infeksi umum yang terjadi terus-menerus di saluran kencing perempuan. Infeksi ini disebabkan olch protozoa Trichomonas vaginalis. Terjadi di seluruh dunia, dan terutama didiagnosis pada perempuan berusia 16-35 tahun.
Gejala dan tanda
Pada perempuan, infeksi ini menyebabkan peradangan di vagina sehingga banyak mengeluarkan cairan yang berwarna kuning dan berbau tidak enak. Walaupun begitu, infeksi ini biasanya tidak memiliki gejala; dalam jumlah kecil biasanya ada gejala berupa peradangan saluran kencing. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik dari cairan serta identitikasi adanya parasit.
7.Herpes kelamin Nama lain Herpes
Epidemiologi
Biasanya disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2). Terjadi di seluruh dunia, dan antibodi tipe 2 ini ditemukan pada 20-90 persen orang dewasa. Keluasan sangat berhubungan dengan usia pertama kali bersanggama serta jumlah pasangan seks selama hidup. Infeksi pertama biasanya terjadi pada masa rcmaja atau segera setelah dimulainya kegiatan seks. Pengulangan infeksi adalah hal yang biasa. Melahirkan lewat vagina pada perempuan hamil dengan infeksi aktif di kemaluan (terutama yang primer), memiliki risiko tinggi menyebabkan infeksi yang parah pada anak yang baru dilahirkan tersebut.
Gejala dan tanda
Herpes akan kelihatan 2-30 hari sesudah bersanggama. Gejala yang paling umum adalah bintil-bintil kecil berisi cairan yang terasa sakit, di alat kelamin/dubur atau mulut. Bintil-bintil akan timbul selama 1-3 minggu, dan kemudian hilang. Beberapa waktu kemudian bintil-bintil akan muncul dan hilang secara berulang. Sebelum bintil-bintil muncul, alat kelamin akan terasa gatal atau panas. Pada waktu bintil-bintilnya ada, orang tersebut kemungkinan mengalami gejala seperti flu.Walaupun infeksi herpes di kemaluan tidak bisa diobati, perkembangan klinisnya bisa dikurangi dengan pengobatan. Penanganan stres dan gizi juga telah dibuktikan sebagai hal yang penting dalam usaha mengurangi dampak herpes di kemaluan, dan kemungkinannya muncul kembali.
8.Kutil kelamin Nama lain Kutil anogenital
Epidemiologi
Kutil-kutil ini ditemukan di daerah kemaluan dan/atau di sekitar dubur. Terjadi di seluruh dunia. Seperti infeksi menular seksual lainnya, infeksi ini bisa dihubungkan dengan meningkatnya risiko infeksi HIV (misalnya, sebuah penelitian dilakukan di Thailand telah menunjukkan peningkatan dalam penularan HIV dari perempuan ke laki-laki sebanyak 16 kali bila ada kutil di daerah kemaluan/dubur ini). Penyakit ini disebabkan oleh virus papilloma pada manusia.
9.Granuloma Inguinale Nama lain Donovanosis
Epidemiologi
Infeksi ini biasanya jarang terjadi di negara-negara industri, tetapi menjadi endemi di banyak negara tropis dan sub-tropis (terutama di India bagian selatan, Papua Nugini, Afrika tengah, timur dan selatan, negara-negara Karibia, Amerika selatan, dan Australia tengah dan utara). Mungkin disebabkan oleh Donovania granulomatis.
Gejala dan tanda
Sebuah luka kecil di kulit di bagian kemaluan akan menyebar, lama kelamaan membentuk sebuah massa granulomatous (benjolan-benjolan kecil) yang bisa menyebabkan kerusakan berat pada organ-organ kemaluan. Diagnosis laboratorium biasanya dilakukan dengan mengidentifikasi adanya "bakteri Donovan" di dalam smear yang menjalani pemeriksaan mikroskopik Giemsa stain.
Infeksi ini biasanya sangat kebal tcrhadap pengobatan
Modul JEN 2008
Infeksi Menular Seksual ?
INFEKSI MENULAR SEKSUAL ?
Mengapa kita membutuhkan informasi tentang IMS?
Jika kita melakukan hubungan seksual dengan orang lain, walaupun hanya sekali, kita dapat terkena IMS.
mulut menyentuh alat kelamin wanita)
Apa hubungan organ-organ reproduksi dengan IMS?
Kebanyakan IMS membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, IMS menghancurkan diding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria, yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. Jika IMS tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil. IMS yang tidak diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria atau wanita.
Apa gejala IMS yang paling umum?
IMS kadang tidak memiliki gejala. Gejala yang mungkin muncul termasuk:
1.Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerahmudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
2.Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan oleh IMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh IMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
3.Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak.
4.Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin
5.Kemerahan di sekitar alat kelamin
6.Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar
7.Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan menstruasi
8. Bercak darah setelah hubungan seksual
Bagaimana kita bisa terinfeksi IMS?
Kebanyakan IMS didapat dari hubungan seks yang tidak aman. Yang dimaksud dengan seks yang tidak aman, adalah:
1.Melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di dalam vagina)
2.Melakukan hubungan seksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam anus)
3.Hubugan seksual lewat oral atau karaoke (penis di dalam mulut tanpa kondom atau
Adakah cara lain orang dapat tertular IMS?
Cara lain seseorang dapat tertular IMS juga melalui:
1.Darah
Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato.
2.Ibu hamil kepada bayinya
Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV bisa menular melalui menyusui.
Bagaimana mencegahnya ?
Konsep ABC (Abstinace, Be faithful, Condom). Abstinance, hindari hubungan seksual pra nikah. Bila sudah menikah, jadilah setia pada satu pasangannya (Be Faithful), bila kedua konsep tersebut tidak bisa dilakukan, pakailah condom saat berhubungan seksual.
1.Cari informasi yangbenar sebanyak mungkin tentang resiko tertular IMS
2.Lakukan kegiatan-kegiatan positif
3.Jangan malu untuk bertanya tentang apapun yang berkaitan dengan perilaku seksual
4.Harus berani menolak bila ada yang mengajak berhubungan seksual
5.Kendalikan diri bila berdekatan dengan teman dekat
6.Menahan diri saat pacaran, hindari sikap yang menimbulkan rangsangan
Bersikap waspada jika mendapat perlakuan yang mencurigakan seperti diajak pergi ke tempat sepi dan berbahaya.
Modul Kespro JEN, 2008
Kanker Serviks
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi yang terus menerus dari human papillomavirus (HPV) tipe onkogenik (yang berpotensi menyebabkan kanker). Telah terbukti bahwa HPV merupakan sebab mutlak terjadinya kanker serviks - angka prevalensi didunia mengenai karsinoma serviks adalah 99,7 %.
Kanker serviks merupakan kanker yang terbanyak diderita wanita-wanita di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara maju kanker ini menduduki urutan ke-10 dan bila digabung maka ia menduduki urutan ke-5. Sebagaimana kanker umumnya maka kanker serviks akan menimbulkan masalah-masalah berupa kesakitan (morbiditas), penderitaan, kematian, finansial/ekonomi maupun lingkungan bahkan pemerintah. Dengan demikian penanggulangan kanker umumnya dan kanker serviks khususnya harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi. Akibat serius dari penyakit ini adalah kematian.
Makin tinggi stadium penyakitnya makin sedikit penderita yang dapat bertahan hidup/survive. Penyebab utama tingginya angka kejadian kanker serviks di negara berkembang karena tidak adanya program skrining yang efektif bagi wanita dengan sosial-ekonomi rendah.
Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru di seluruh dunia, 77 % di antaranya ada di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru di antara 100.000 penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun, dengan kanker serviks menempati urutan pertama di antara kanker pada wanita. Studi epidemiologik menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko terjadi-nya kanker serviks meliputi hubungan seksual pada usia dini (<20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, merokok, trauma kronis pada serviks uteri dan higiene genitalia. Lebih dari separuh penderita kanker serviks berada dalam stadium lanjut yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan seperti peralatan radioterapi yang hanya tersedia di beberapa kota besar saja. Di samping mahal, pengobatan terhadap kanker stadium lanjut memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang rendah. Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks dipandang dari segi harapan hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, sudah sepatutnya apabila kita memberikan perhatian yang lebih besar mengenai latar belakang dari penyakit yang sudah terlalu banyak meminta korban itu, dan segala aspek yang berkaitan dengan penyakit tersebut serta upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan
Perkembangan penderita kanker mulut rahim (Karsinoma Serviks) pada tahun ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, karena perilaku seksual yang tidak sehat yang dilakukan pasangan suami-istri. Selain itu, karena ketidaktahuan masyarakat terhadap gejala yang timbul juga menyebabkan penderita penyakit ini jumlahnya mengalami peningkatan, Penyakit kanker mulut rahim terjadi karena Human Papillomavirus (HPV) dan ini terjadi saat proses hubungan seksual pasangan suami dan istri.
Insidens kanker serviks meningkat sejak usia 25-34 tahun dan menunjukkan puncaknya pada usia 35-44 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo, dan 45-54 tahun di Indonesia. Laporan FIGO pada tahun 1998 menunjukkan kelompok usia 30-39 tahun dan 60-69 tahun terbagi sama banyaknya. Secara keseluruhan, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun sedang untuk stadium IB dan II lebih sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun merupakan proporsi tertinggi pada stadium III dan IV.
A.Faktor Risiko Kanker Serviks
Perilaku seksual
Banyak faktor yang disebut-sebut mempengaruhi terjadinya kanker serviks. Telaah pada berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai melakukan hubungan seksual pada usia < 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti lebih berisiko untuk menderita kanker serviks. Tinjauan kepustakaan mengenai etiologi kanker leher rahim menunjukkan bahwa faktor risiko lain yang penting adalah hubungan seksual suami dengan wanita tuna susila (WTS) dan dari sumber itu membawa penyebab kanker (karsinogen) kepada isterinya. Data epidemiologi yang tersusun sampai akhir abad 20, menyingkap kemungkinan adanya hubungan antara kanker serviks dengan agen yang dapat menimbulkan infeksi. Karsinogen ini bekerja di daerah transformasi, menghasilkan suatu gradasi kelainan permulaan keganasan, dan paling berbahaya bila terpapar dalam waktu 10 tahun setelah menarche. Keterlibatan peranan pria terlihat dari adanya kolerasi antara kejadian kanker serviks dengan kanker penis di wilayah tertentu. Lebih jauh meningkatnya kejadian tumor pada wanita monogami yang suaminya sering berhubungan seksual dengan banyak wanita lain menimbulkan konsep "Pria Berisiko Tinggi" sebagai vektor dari agen yang dapat menimbulkan infeksi. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan kanker serviks, tetapi penyakit ini sebaiknya digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS). Penyakit kelamin dan keganasan serviks keduanya saling berkaitan secara bebas, dan diduga terdapat korelasi non-kausal antara beberapa penyakit akibat hubungan seksual dengan kanker serviks.
Kontrasepsi
Kondom dan diafragma dapat memberikan perlindungan. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan anti-oksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang-kacangan). Vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan.
Epidemiologi PJK
Penyakit kardiovaskuler (PKV) terutama penyakit jantung koroner merupakan penyakit revalen dan menjadi pembunuh utama di negara-negara industri. Penyakit jantung koroner merupakan permasalahan kesehatan yang dihadapi sebagian besar negara di dunia. Oleh karena itu, diagnosis dan terapi penyakit yang menjadi pembunuh nomor satu di banyak negara tersebut terus berkembang. Selama bertahun-tahun epidemiologi kesehatan umumnya berkecimpung dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini tidak dapat disangkal dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri, yang berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular. Namun, perkembangan kesehatan melaju begitu cepat seiring dengan perkembangan dunia industri dan teknologi di era modernisasi dan globalisasi.
Berbagai transisi yang ada, baik transisi demografik, sosio-ekonomi maupun epidemiologi telah menimbulkan pergeseran-pergeseran, termasuk dalam bidang kesehatan. Angka kematian menurun dan usia harapan hidup secara umum makin panjang, pola penyakit dan penyebab kematian telah berubah. Penyakit-penyakit yang mematikan bukan lagi penyakit menular, namun telah bergeser kearah Penyakit-penyakit tak menular, misalnya stroke, penyakit jantung koroner dan lainnya. Beberapa publikasi menyebutkan Penyakit-penyakit infeksi (akut) telah makin sedikit prevalensinya, sedangkan penyakit kronik justru meningkat.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang Di belahan negara dunia, penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu saja mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun tetap saja penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner – "the silence killer". Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita.
Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, kasus tertinggi Penyakit Jantung Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784 kasus (26,00%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus Penyakit Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kabupaten Klaten adalah 3,82%. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus (10,89%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Banyumas adalah sebesar 9,87%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus (0,01%). Sedangkan kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap belum melaporkan. Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62 kasus.
Beberapa hasil penelitian telah dilakukan terkait dengan penyakit jantung koroner dan factor-faktor yang berpengaruh. Salah satunya yaitu, penelitian tentang Pengembangan Model Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Kelompok Pengambil Keputusan (Lanjutan ). Para pejabat pengambil keputusan di Indonesia adalah kelompok masyarakat penting karena kelompok inilah otak dari baik tidaknya situasi dan kondisi pembangunan. Namun, kelompok ini sering terpapar pada faktor risiko penyakit jantung koroner. Untuk mendapatkan suatu model dalam menurunkan faktor risiko tersebut di atas telah dilakukan suatu survei sehingga diperoleh data dasar mengenai keadaan (a). fisik(elektrokardiografik = EKG dan tekanan darah); (b). antropometrik (tinggi dan berat badan); (c). pemeriksaan darah terhadap kadar kolesterol, gula darah, asam urat; dan (d). paparan asap rokok. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa faktor risiko terhadap terjadinya penyakit jantung koroner yang paling mencolok ditunjukan oleh kadar kolesterol tinggi (70,4%) disusul oleh kegemukan (28,6%); kadar asam urat tinggi (27,7%) dan EKG tidak normal (21,4%). Data tentang kadar kolesterol darah tinggi, kegemukan, kadar asam urat darah tinggi dan EKG tidak normal digunakan sebagai data dasar untuk membuat model menurunkan faktor risiko terhadap terjadinya. (Ganda Siburian, 2001).
WAJAH BARU HIMAPID
Musyawarah Besar (MUBES) Himpunan Mahasiswa Epidemilogi (HIMAPID) FKM Universitas Hasanuddin yang dilaksanakan pada Hari Minggu (21/09) membawa performa baru tersendiri. Kegiatan yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa Jurusan Epidemiologi ini berlangsung penuh semangat antusias menantikan figur pengemudi roda HIMAPID kedepannya.
Indra Dwinata, ketua HIMAPID periode 2007-2008 menyampaikan Laporan Pertanggung Jawabannya (LPJ) penuh hikmah dengan berbagai sanggahan-sanggahan dari peserta MUBES. Ia pun bersama dengan pengurus lainnya menanggapi sanggahan-sanggahan tersebut hingga pada akhirnya 100% LPJ-nya diterima oleh peserta MEBES. Dengan diterimanya LPJ tersebut maka berakhir pulalah roda kendaraan yang telah ia kemudi selama satu kali periode tersebut. Pengabdiannya yang tulus membawa HIMAPID naik daun dengan terlaksananya program HEART-nya (Health Education and Reproduktive Teenager). Sebuah organisasi penelitian kesehatan reprouksi mahasiswa yang masih bernaung di HIMAPID kerja sama dengan Jaringan Epidemiologi Nasinal (JEN) dan Ford Fondation (ff). Satu-satunya warisan yang Ia persembahkan ke pengurusan selanjutnya adalah sebuah logo baru yagn juga adalah logo pertama selama kurang lebih 10 tahun himapid konsisten sebagai himpunan. (Logo dapat dilihat pada edisi berikunya)
Saat yang paling dinanti-nantikan tentunya adalah pemilihan calon ketua HIMAPID periode 2008-2009. Dari sekian banyak bakal calon yang diusung hanya 2 yang menyatakan kesediaanya. Peroses pemilihan pun berlangsung dengan tertib dan pada akhirnya melahirkan Nur Akbar Bahar, mahasiswa jurusan epidemiologi angkatan 2006 sebagai motorik HIMAPID yang didampingi oleh Ilham Salam yang juga mahasiswa jurusan epidemiologi FKM Unhas angkatan 2006. Suasana forum seketika saja gaduh dengan ucapan selamat kepada kedua Idol HIMAPID tersebut, termasuk ucapan dari salah satu dosen pembimbing, Wahiddudin, SKM., M.kes, satu-satunya dosen yang setia mengikuti acara dari awal hingga akhir. Acara pun ditutup dengan buka puasa bersama oleh Jurusan Epidemiologi FKM UNHAS.(Citizen By:”Dhika”)
Read More......