TB Paru dan Strategi DOTS

Minggu, 04 Mei 2008 · 0 komentar


TB masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia, dan sebagian besar Negara-negara di dunia. Dengan meningkatnya penderita HIV/AIDS keendrungan permasalahan TB semakin meningkat. Diperkirakan di Indonesia Terjadi 500.000 kasus baru TB paru dan 175.000 meninggal dunia setiap tahunnya. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Peringkat-3 penyumbang penderita TB di dunia, setelah India dan Cina.
Pemberantasan TB paru secara nasional di Indonesia telah berlangsung kurang lebih 40 tahun sejak tahun 1969, namun hasilnya belum memuaskan. Penyakit Tuberkulosa adalah penyakit infeksi biasa dimana kuman penyebabnya telah diketahui dan obat-obat untuk mengatasinya cukup efektif dan telah mengalami kemajuan pesat. Tetapi penanggulangannya dan pemberantasannya sampai saat ini belum memuaskan
Apalagi disaat sekarang ini Negara kita mengalami krisis berkepanjangan dalam tahun-tahun terakhir ini, bahkan dinegara-negara maju pun masalah ini munul kembali karena penyakit HIV/AIDS.
Banyak factor yang mempengaruhi keberadaan penyakit ini, disamping factor medis, factor sosio ekonomi, budaya, sikap dan perilaku orang terhadap penyakit ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam penanggulangan penyakit ini,

Faktor Sarana
Tersedianya obat yang cukup dan kontinyu
Oedikasi petugas pelayanan kesehatan yang baik
pemberian regimen OAT yang adekuat
Faktor Penderita
Pengetahuan dan sikap penderita terhadap TB
Menjaga kondisi tubuh yang baik dengan makanan bergizi, cukup istirahat, hidup teratur dan tidak minum Olkohol
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan dgn tidak membuang dahak sembarangan
Faktor Keluarga dan Masyarakat
Dukungan keluarga sangat menunjang keberhasilan pengobatan seseorang dengan selalu mengingatkan penderita agar makan obat.


TB PARU & DOTS
Penemuan penderita dan pengobatannya merupakan suatu kunci penting dalam menangani tuberkulosis paru, oleh karena itu kedua fase ini haruslah ditangani dengan seksama. Proses penemuan penderita (case finding) tidaklah sesederhana sebagaimana kelihatannya. Melalui berbagai tahapan harus dijalani sampai ditemukannya satu orang penderita, mulai dari jenis gejala yang timbul sampai ke mana penderita pergi berobat untuk mengatasi gejala tersebut.
Direct Observe Treatment, Short-Cource (DOTS) merupakan strategi penanganan TB yang direkomendasikan WHO yang sudah teruji keampuhannya di berbagai negara dalam mendeteksi dan menyembuhkan penderita TB, baik sebagai kasus per individu maupun bentuk komuniti dalam program nasional.
Sampai saat ini di Indonesia tampaknya belum semua pihak terkait memahami secara utuh mengenai apa itu DOTS serta bagaimana pelaksanaannya. Secara umum DOTS memang lebih mengarah ke suatu program yang bersifat nasional, namun bila disimak dari uraian kata DOTS itu sendiri, pengertian DOTS dapat diterapkan dalam kasus per kasus TB yaitu dimulai dari memfokuskan perhatian (direct attention) dalam usaha menemukan/mendiagnosis penderita secara baik dan akurat, utamanya melalui pemeriksaan mikroskopik. Selanjutnya setiap penderita harus diawasi (observed) dalam meminum obatnya yaitu obat diminum didepan seorang pengawas, dan inilah yang dikenal sebagai Directly Observed Therapy (DOT). Penderita juga harus menerima pengobatan (treatment) dalam sistem pengelolaan, penyediaan obat anti tuberkulosis yang tertata dengan baik, termasuk pemberian regimen OAT yang adekuat yakni melalui pengobatan jangka pendek (short cource) sesuai dengan klasifikasi dan tipe masing-masing kasus. Harus disertai sistem evaluasi yang dapat menilai hasil-hasil pengobatan kasus per kasus maupun penampilan program secara keseluruhan, yaitu dalam bentuk pencatatan dan pelaporan yang baku dan seragam. Paling penting lagi adalah adanya dukungan atau kesepakatan (komitmen) dari berbagai pihak untuk menjadikan strategi sebagaimana diuraikan di atas menjadi prioritas dalam penatalaksanaan TB.

Read More......

HIMAPID in Action

Distribusi Tempat

Distribusi Waktu

Feedjit

Hamster Epid

Jumlah Pengunjung